Memilih Ikon Bagi Pabrikan: Kasus Iwan Fals sebagai DUta TVS
[BERITA] Saya berniat menulis postingan ini karena terinspirasi oleh iklan TVS yang baru, yang tidak lain dan tidak bukan memuat Bang Iwan Fals sebagai duta TVS di Indonesia. Saya pikir wah bagus juga nih strateginya, dengan menggandeng seorang yang sudah kita kenal di negeri ini. Tapi saya pikir-pikir lagi, apa toh sebenarnya yang harus dipertimbangkan dalam menunjuk sosok sebagai ikon pabrikan.
Kita lihat dulu dari Yamaha, iklan-iklannya banyak menonjolkan sisi humor, canda, slenge’an, dan hiperbolis yang dikemas dalam pesan yang cukup kontroversial. Siapa yang bisa menonjolkan keunikan ini? Selain Thessa Kaunang yang merupakan ikon MIo, ada Komeng yang merupakan titik pusat segala kehebohan dalam iklan Yamaha.
Nah kini bisa kita lihat, imej yang mau dibuat apa sih? Yamaha terkenal dengan iklannya yang urakan dan kesan kencang dalam setiap produknya. Tidak akan cocok bila katakanlah Ebiet G. Ade yang menjadi ikon Yamaha, belum pernah lihat mas Ebiet naik motor sampai bajuny sobek-sobek kan?
Nah soal kekhususan dan keunikan produk juga mesti diperhatikan. Apa sih yang istimewa dari Mio? Ternyata memang motor ini dikhususkan bagi kaum hawa. Keputusan Yamaha dalam menggandenga Thessa Kaunang adalah tepat, setidaknya ada aura feminin dalam sosoknya, agak bertabrakan dengan imej bila Yamaha menggandeng katakanlah Melly Goeslaw yang imejnya agak-agak nyentrik gimana gitu.
Beralih ke Suzuki yang belum lama ini menobatkan grup musik UNGU sebagai ikon mereka. Jujur pertama kali saya mendengar berita ini saya agak bingung, maksudnya apa? Ungu sendiri bisa dikata belum bisa dibilang sebagai grup yang legendaris, selegendaris katakanlah GIGI atau DEWA, setidaknya dilihat dari jam terbangnya. Jadi apa yang membuat mereka dipilih oleh Suzuki, tentunya Suzuki tidak asal pilih cap-cip-cup toh?
Setelah saya renungkan kembali ternyata yang menjadi nilai plus dari Ungu adalah faktor kekiniannya. Mereka bisa dibilang sedang naik daun sekarang, dikontrak dalam banyak iklan, dipuja-puja penggemarnya, meskipun fan basenya belum sekuat hmm, SLANK. Tapi dengan faktor kekinianya, mereka layak dijadikan ikon. Apakah setelah mereka tenggelam oleh band-band baru nanti mereka akan tetap dikontrak? Rugi donk, keputusan yang pahit adalah dengan tidak lagi mengontrak mereka. Gampang memang, namun dalam prakteknya gonta-ganti ikon tidak baik bagi “kesehatan” imej. Imej yang sudah dibangun berantakan gara-gara sang pembawa bendera tidak lagi dikenal. Maka faktor kekinian juga perlu dilihat dalam jangka panjang.
Lalu soal bang Iwan yang baru saja menjadi duta TVS. Tidak sulit mencari alasannya, bang Iwan memiliki fans base yang kuat lewat Oi (Orang Indonesia). Juga sudah dikenal selama kurun waktu yang lama. Faktor legendaris menjadi pertimbangan kali ini. Cukup bagus juga strategi TVS kali ini.
Tambahan adalah TVS menganggap Iwan Fals memiliki visi yang sama dengan mereka. Menampung suara rakyat dan mengolahnya menjadi produk, lagu untuk bang Iwan dan motor bagi TVS. Faktor kesamaan visi bisa dilihat disini, meskipun sebenarnya sulit juga menemukan sosok-sosok terkenal yang memiliki visi yang sama dengan para produsen.
Nah itu saja yang bisa saya bagikan kali ini. Bagi para pabrikan yang belum punya ikon atau duta bagi pabrikan mereka. Siap-siap saja karena saya lihat strategi semacam ini penting juga, jangan terlalu terikat dalam zona aman lah… [source: http://fanderlart.wordpress.com] ***
Kita lihat dulu dari Yamaha, iklan-iklannya banyak menonjolkan sisi humor, canda, slenge’an, dan hiperbolis yang dikemas dalam pesan yang cukup kontroversial. Siapa yang bisa menonjolkan keunikan ini? Selain Thessa Kaunang yang merupakan ikon MIo, ada Komeng yang merupakan titik pusat segala kehebohan dalam iklan Yamaha.
Nah kini bisa kita lihat, imej yang mau dibuat apa sih? Yamaha terkenal dengan iklannya yang urakan dan kesan kencang dalam setiap produknya. Tidak akan cocok bila katakanlah Ebiet G. Ade yang menjadi ikon Yamaha, belum pernah lihat mas Ebiet naik motor sampai bajuny sobek-sobek kan?
Nah soal kekhususan dan keunikan produk juga mesti diperhatikan. Apa sih yang istimewa dari Mio? Ternyata memang motor ini dikhususkan bagi kaum hawa. Keputusan Yamaha dalam menggandenga Thessa Kaunang adalah tepat, setidaknya ada aura feminin dalam sosoknya, agak bertabrakan dengan imej bila Yamaha menggandeng katakanlah Melly Goeslaw yang imejnya agak-agak nyentrik gimana gitu.
Beralih ke Suzuki yang belum lama ini menobatkan grup musik UNGU sebagai ikon mereka. Jujur pertama kali saya mendengar berita ini saya agak bingung, maksudnya apa? Ungu sendiri bisa dikata belum bisa dibilang sebagai grup yang legendaris, selegendaris katakanlah GIGI atau DEWA, setidaknya dilihat dari jam terbangnya. Jadi apa yang membuat mereka dipilih oleh Suzuki, tentunya Suzuki tidak asal pilih cap-cip-cup toh?
Setelah saya renungkan kembali ternyata yang menjadi nilai plus dari Ungu adalah faktor kekiniannya. Mereka bisa dibilang sedang naik daun sekarang, dikontrak dalam banyak iklan, dipuja-puja penggemarnya, meskipun fan basenya belum sekuat hmm, SLANK. Tapi dengan faktor kekinianya, mereka layak dijadikan ikon. Apakah setelah mereka tenggelam oleh band-band baru nanti mereka akan tetap dikontrak? Rugi donk, keputusan yang pahit adalah dengan tidak lagi mengontrak mereka. Gampang memang, namun dalam prakteknya gonta-ganti ikon tidak baik bagi “kesehatan” imej. Imej yang sudah dibangun berantakan gara-gara sang pembawa bendera tidak lagi dikenal. Maka faktor kekinian juga perlu dilihat dalam jangka panjang.
Lalu soal bang Iwan yang baru saja menjadi duta TVS. Tidak sulit mencari alasannya, bang Iwan memiliki fans base yang kuat lewat Oi (Orang Indonesia). Juga sudah dikenal selama kurun waktu yang lama. Faktor legendaris menjadi pertimbangan kali ini. Cukup bagus juga strategi TVS kali ini.
Tambahan adalah TVS menganggap Iwan Fals memiliki visi yang sama dengan mereka. Menampung suara rakyat dan mengolahnya menjadi produk, lagu untuk bang Iwan dan motor bagi TVS. Faktor kesamaan visi bisa dilihat disini, meskipun sebenarnya sulit juga menemukan sosok-sosok terkenal yang memiliki visi yang sama dengan para produsen.
Nah itu saja yang bisa saya bagikan kali ini. Bagi para pabrikan yang belum punya ikon atau duta bagi pabrikan mereka. Siap-siap saja karena saya lihat strategi semacam ini penting juga, jangan terlalu terikat dalam zona aman lah… [source: http://fanderlart.wordpress.com] ***
Labels: Artikel
[Baca Selengkapnya]
TVS jagoan motor baru masa depan....
apa lagi TVS Flame.... keren abiss
masih ditunggu keberadaannya di Bangka
Komentar dari ariftrio | October 26, 2008 at 7:14 PM