| Data Diri | Biografi | Diskografi | Info Acara | Berita |  

    | 

« Kembali ke Muka | MAILING LIST IWAN FALS » | Kontak Redaksi » | FOTO IWAN FALS (1) » | Survei 1 : Iwan Fals for President » | INTRO » | Daftar Alamat Oi Daerah Papua » | Daftar Alamat Oi Luar Negeri » | Daftar Alamat Oi Daerah Kalimantan » | Daftar Alamat Oi Daerah Maluku & Nusa Tenggara » | Daftar Alamat Oi Daerah Sulawesi »

Album "Suara Hati" : Penantian Panjang Berbuah Kontemplasi

[KUPAS ALBUM] Penantian itu akhirnya terjawab sudah. Setelah tujuh tahun dinanti, setelah beberapa kali tak jadi dirilis, akhirnya sejak 23 Mei lalu, album terbaru Iwan Fals, Suara Hati resmi beredar di pasaran. Pemilihan tanggal 23 Mei dipandang cukup tepat karena berdekatan dengan konser akbar “Satu Hati Satu Rasa” Iwan Fals bareng Padi di JCC Jakarta pada 24 Mei. Perihal ketertundaan rilis album ini, secara khusus Iwan minta maaf. “Mohon maaf atas keterlambatan album ini,” ujarnya.

Tentu saja kehadiran album Suara Hati membawa kebahagiaan yang mendalam bagi para penikmat lagu-lagu Iwan Fals yang sudah sangat lama menunggu karya-karya terbaru dari penyanyi kesayangannya ini. Dengan karakternya yang khas, baik dari sisi lirik maupun musik, album ini juga membawa angin segar bagi dunia musik Indonesia sekarang ini.

Album Suara Hati berisi 11 lagu, yakni Kupu-kupu Hitam Putih, Hadapi Saja, Suara Hati, Untukmu Negeri, Doa, 15 Juli 1996, Belalang Tua, Untuk Para Pengabdi, Seperti Matahari, Dendam Damai, dan Di Ujung Abad. Dari sisi sajian musik, lagu-lagu tersebut menghadirkan warna yang cukup variatif, seperti warna harmonika pada lagu Belalang Tua dan Seperti Matahari, petikan gitar yang menyayat pada lagu Untukmu Negeri, perkusi bernuansa padang pasir pada lagu Hadapi Saja, hingga nuansa yang nge-beat tapi manis pada lagu Suara Hati.

Untuk urusan musik, Iwan dibantu oleh Nanoe (alm) pada bass, Innisisri (perkusi/drum), Digo (gitar listrik/nylon), Iwang Noorsaid (keyboard), dan Maman Piul (biola). Iwan sendiri main gitar akustik, perkusi, harmonika, dan tentu saja menciptakan dan melantunkan seluruh lagu. Iwan juga dibantu istrinya, Yos, yang menyumbangkan suaranya untuk dua lagu, yakni Kupu-kupu Hitam Putih dan Hadapi Saja.

Sementara itu, dari sisi tema, lagu-lagu dalam Suara Hati merupakan potret kesaksian Iwan Fals atas berbagai peristiwa yang terjadi dalam tahun-tahun terakhir ini, baik kejadian di masyarakat maupun kejadian-kejadian internal dalam diri Iwan sendiri dan keluarganya.

Kupu-kupu Hitam Putih secara indah menceritakan bahwa setiap kejadian, bahkan kejadian sedih atau menyesakkan dada, senantiasa menyimpan hikmah jika kita mau memetiknya. Kita bisa berguru kepada alam, kepada embun, kepada hujan, bahkan kepada kupu-kupu, makhluk kecil yang tak berakal. Sementara itu, lagu Hadapi Saja merupakan refleksi Iwan terhadap perisitiwa meninggalnya putra pertamanya, Galang Rambu Anarki. Dalam lagu ini Iwan antara lain berujar: “Relakan yang terjadi, tak kan kembali. Dia sudah milik-Nya, bukan milik kita lagi. / Pasrah pada Illahi, hanya itu yang kita bisa. Ambil hikmahnya, ambil indahnya”.

Lain lagi dengan lagu Suara Hati. Dalam lagu ini Iwan mempertanyakan suara hati yang sudah lama pergi. Iwan ingin suara hati itu kembali dan jangan pergi lagi. Sementara itu, lagu Untukmu Negeri memotret suasana pergolakan reformasi yang tengah memuncak.

Nah, ada lagu yang unik dalam album ini. Judulnya Doa. Lagu ini dilantunkan tanpa iringan musik, mirip acapella. Yang juga tak kalah menarik dari lagu ini adalah isinya. Liriknya benar-benar kontemplatif. Di sini Iwan antara lain berujar: “Berjamaah menyebut asma Allah. Saling asah, saling asih, saling asuh. Berdoalah, sambil berusaha. Agar hidup jadi tak sia-sia.” Dengan isi dan kemasan aransemennya seperti ini, boleh dikatakan lagu Doa merupakan lagu nasyid-nya Iwan Fals.

Sementara itu, lagu 15 Juli 1996 diilhami oleh peristiwa politik perpecahan di tubuh PDI yang sempat menimbulkan kerusuhan dan mengakibatkan terbaginya PDI menjadi dua, yakni PDI dan PDI Perjuangan. Terlepas dari peristiwa yang melatarbelakanginya, secara garis besar lagu ini menggambarkan pengharapan akan kehadiran seorang sosok pemimpin harapan umat.

Beda lagi dengan Belalang Tua. Secara alegoris lagu ini menceritakan kisah perjalanan penguasa Orde Baru dari mulai masa kekuasaannya yang rakus, masa kejatuhannya, hingga permasalahan yang diwariskannya hingga sekarang. Di akhir lagu, Iwan berujar: “Aku yang menulis syair tentang hati yang khawatir, tak tahu kapan kisah ini akan berakhir.” Ya, Orde Baru katanya memang sudah berakhir dan diganti dengan Era Reformasi. Tapi ironisnya, sikap-sikap Orde Baru tetap abadi hingga kini.

Ada pula lagu Untuk Para Pengabdi. Lagu ini khusus dipersembahkan Iwan untuk para pengabdi, mereka-mereka yang begitu besar jasanya kepada masyarakat dan bangsa, tapi seringkali terlupakan dan bahkan dihinakan.

Lagu Seperti Matahari memiliki makna yang sangat mendalam. Iwan mengungkapkan, banyak godaan di dunia ini yang menghalangi kita untuk menemukan kekayaan jiwa. Hal-hal yang bersifat materi, seperti kekayaan, seringkali dijadikan tujuan, padahal sesungguhnya hal seperti itu hanyalah sarana untuk menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya. Di akhir lagu Iwan mengungkap dengan bijak: “Ada benarnya nasehat orang-orang suci. Memberi itu terangkan hati. Seperti matahari yang menyinari bumi.”

Sementara itu, lagu Dendam Damai menceritakan kontradiksi antara nafsu dan mata hati. Antara dendam yang menghasut kita tak jemu menggoda, dengan damai yang bersembunyi tak ada wujudnya.

Album terbaru Iwan Fals diakhiri dengan lagu Di Ujung Abad. Lagu ini menceritakan kejadian dalam peralihan abad yang diwarnai dengan peperangan dan kerusuhan. Lagu ini memang tercipta ketika pergantian abad beberapa waktu lalu yang di Indonesia diwarnai pula dengan pergolakan politik dan pergantian rezim. Dalam situasi ini Iwan berdendang:

Bertahan hidup harus bisa bersikap lembut
Walau hati panas, atau terbakar sekalipun
Keluh kesah ini mungkin berguna
Jadikan teman sejati di medan juang
Bisa jadi kita bosan
Tapi kenyataan, badai datang tak bosan-bosan
Waspadalah Kawan, perjalanan masih panjang


Dari kesebelas lagu yang dihadirkan, ada satu benang merah yang bisa ditarik, yakni kesan relijius dan kontemplatif yang begitu lekat. Kesan ini nampaknya merupakan potret dari perkembangan dan gejolak jiwa Iwan Fals terkini, potret yang kemudian diungkapkannya dengan sepenuh suara hati. Selamat datang kembali Iwan Fals! (Ukon Ahmad Furkon/ Sumber: Pikiran Rakyat) ***

Labels:

[Baca Selengkapnya]

Dalam tubuh'ku mengalir darah oi

Post a Comment

Arsip Bulanan

Sejak Februari 2007

Web Site Hit Counters

falsmania sedang online